oleh

PT SHS Dipimpin Maryono, Petani Pribumi Kembali Menjerit

-SUBANG-1,393 views

PANTURA-SUBANG, (PERAK).-
Petani Pribumi Penggarap Areal Sawah Hak Guna Usaha (HGU) PT Sang Hyang Seri (PT SHS) di Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang kembali Menjerit.

Faktanya, diera kepemimpinan Direktur Utama (Dirut) PT SHS, bernama Maryono yang baru menjabat beberapa bulan ini, berencana akan memutus kerjasama dengan ribuan petani mitranya atas hak garap pengelolaan ribuan hektar sawah HGU PT SHS, dengan dalih, bahwa ribuan hektar areal pertaniannya itu sudah kurang produktif digarap oleh petani mitra asli warga pribumi ini, sehingga akan diambil alih garapannya secara bertahap untuk dikelola sendiri atau yang biasa disebut swakelola oleh perusahaan agar bisa produktif kembali dan saat ini sudah seluas 200 (Dua ratus) hektar yang diambil alih garapannya.

Dijanjikan Maryono, setelah kondisi lahan kembali pulih, bisa menghasilkan panen padi 8 (Delapan) sampai 9 (Sembilan) Ton per hektar akan dimitrakan kembali dengan petani.

Seperti dipaparkan Maryono kepada Perak disela melakukan tanam padi perdana programnya itu bersama karyawannya, di areal seluas 200 hektar tersebut, pada tanggal 11 Februari 2022, “Kita, SHS punya sawah 3.200 hektar kurang lebihnya, yang kondisinya saat ini marjinal, telah lama diekploitasi, kualitasnya gak begitu bagus, jadi semakin hari semakin menurun. Jadi kita mulai tanam untuk memperbaiki kondisi sawah kita, yang bagus itu PHnya sekitar 6 sampai 7 setengah, tanah kita udah 4 setengah PHnya, artinya terlalu asam,” ujarnya.

Jadi untuk menaikan PH lanjut Maryono, “Untuk menaikan PH tanah kita, kalau dibebankan ke petani terlalu berat, harus menambahkan kapur, organik yang sangat besar biayanya, sekarang kita tanami swakelola dalam artian tidak hanya untuk kita, next step nanti mungkin tahun depan atau 4 musim tanam kembali bagus lagi, hasilnya bukan 6 Ton lagi.

Prinsip kami, ketika Sang Hyang Seri sejahtera, petani juga sejahtera, kami tidak akan pernah melupakan para petani kita. Jadi tidak akan kami nikmati sendiri, kita tidak akan bersaing dengan mereka, ketika PHnya sudah naik kembali, hasil panennya 8 sampai 9 Ton, kita akan mitrakan kembali dengan petani,” katanya.

Biaya program swakelola ini dijelaskannya, “Semua biayanya full dari Sang Hyang Seri, swakelola sekarang kita tanam benih padi varietas inpari 32 dan pak tiwi, nanti di sawah S 21 kita akan mencoba Varietas unggul kita yang memang sekarang belum dirilis, nanti hasilnya bisa 9 ton setengah itu wangi, sangat luar biasa. Jadi kita bukan target luas, tapi kalau bisa semua sawah kita yang 3200 hektar itu kita perbaiki, karena untuk bisa memperbaiki tanah itu butuh biaya, biasanya kalau petani itukan cuma pupuk subsidi yah. Sang Hyang Seri itu swakelola sementara, kita pinjam ke petani biarpun ini milik kita, kita bekerjasama dengan Gajah Mada dan Pupuk Kujang semua masih dianalisa tanahnya, normalnya itu 3 kali musim tanam sudah mulai membagus, tapi pada intinya kami tidak akan merugikan petani kita, tidak akan mendzolimi petani mitra,” jelasnya berjanji.

Katika dipintai tanggapannya terkait petani mitranya di Blok L 17, L 19 dan L 21 yang telah merugi dua kali musim tanam atas program Uji Coba atau Demplot Tanam Benih Padi Varieta IF 16 dan IF 8 Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology (ICBB) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang mana RNI ini adalah merupakan Holding PT SHS, juga Musim Tanam 2021-2022 ini Hibrida yang diwajibkan oleh pihak perusahaan yang dipimpinnya itu, Maryono menjawab, “Jadi petani-petani yang merasa dirinya dirugikan selama ini, silahkan nanti ke temen-temen SHS, apa yang dirugikan nanti kita pasti punya catatan, nanti kita buka semuanya pokoknya, jangan sampai ada salah satu yang merugi, itu prinsip dasarnya,” pungkasnya. 

Menyikapi program Dirut PT SHS yang baru ini, petani mengungkapkan, sudah jatuh tertimpa tangga pula, begitu gambaran nasib malang yang dialami Petani PT SHS saat ini dan sebelumnya secara berturut-turut, “Kalau garapan sawah ini dicabut jadi swakelola perusahaan, sangat keberatan, karena masalahnya musim sekarang ini saya nyawahnya hibrida, kerugianya itu sangat besar, modal tanamnya sudah gede banget, jadi kerugiannya itu sangat besar sampai Rp15 Jutaan kurang lebih per hektarnya, karena cuaca sekarang tidak tepat, tapi kita malah disuruh tanam hibrida, seharusnya musim ini jangan padi hibrida, karena hibrida itu ada proses polinasi perkawinan jadi waktu itu pas hujan, gak tepat,” ungkap Calam (Petani Mitra PT SHS Blok L 19).

Lanjunya, “Untuk harganya, waktu itu sepakat dengan PT SHS Rp22 Ribu per Kg, tapi sekarang kontrak jual belinya belum keluar, karena katanya hasil panennya gak layak benih, mau dibikin konsumsi, jadi otomatis harganya konsumsi, Rp5 Ribu per Kg. Disitulah kerugian kami bertambah,” keluhnya.

Masih menurut Calam, “Belum lagi musim lalu kami juga merugi cukup besar, kita kena program padi IF-16 dan IF-8 yang konon katanya waktu itu didampingi sama konsultan ICBB hasil panennya akan dapat 20 Ton per hektar, tapi ternyata maksimal hanya 3 Ton setengah sampe 4 Ton, kebetulan kita dapetnya 2 Ton setengah sampe 3 Ton waktu itu,” ujarnya.

Menyikapi keluhan petani, Aktivis Pemerhati Petani Subang Utara, Santoso Hamzah menyatakan, “Dari tahun 2006 di sini mendampingi para petani, selalu nurut kepada PT Sang Hyang Seri, mungkin saya kasih masukan buat bapak Dirut, bukan berarti untuk menyalahkan siapapun, tetapi bagaimana untuk memperbaiki managemen PT SHS, kalau petani itu patuh pada aturan PT SHS,” tandasnya.

Sementara, ribuan hektar sawah HGU PT SHS ini sudah digarap oleh para petani pribumi tersebut, selama bertahun-tahun secara turun temurun dengan sistem kerjasama dengan setoran sewa garapan Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 14 Kwintal per musim per hektar, lalu diganti dengan system sewa senilai Rp10 Juta per hektar per musim yang juga sudah berlangsung hampir 10 (sepuluh) tahun sejak Dirut PT SHS dijabat oleh Saiful Bahri. Walau berat atas system sewa tersebut, petani tetap bertahan menggarap sawah dan selalu menuruti peraturan perusahaan, karena meyakini areal sawah HGU PT SHS tersebut, adalah warisan perjuangan leluhurnya pada zaman penjajahan tempo dulu. Hendra/Gaston

Berita Lainnya