oleh

Pasien Gakin Subang Tidur Di Jalanan, Mana Janjimu?

-KESEHATAN-715 views

 Pasien Gakin Subang Tidur Di Jalanan, Mana Janjimu?

SUBANG, (PERAKNEW).- Sampai kapan pasien tidur di jalanan? jika masa tunggu dari pihak RSHS mengharuskannya menunggu berhari-hari. Untuk pulang balik ke rumah, pasien merasa terbebani dan juga yang paling penting adalah ketersedian ruang tergantung bagaimana pasien datang tepat waktu.

 

Dari sekian banyak pasien-pasien dari kabupaten Subang yang dirujuk ke Rumah Sakit di Bandung kurang lebih 70% mengalami kesulitan tempat tinggal sementara.
Kebanyakan keluarga pasien beserta pasien memilih pulang lagi ke kampung halamannya di Subang, karena kekurangnyamanan menginap di Rumah Sakit.

 

Simalakama, karena kalau pulang resiko sakitnya akan lebih parah lagi dan jika menginap di rumah sakit bisa saja menimbulkan penyakit yang baru karena istirahat tidak teratur dan tidak sterilnya area di sekitar rumah sakit.

 

Ditambah lagi, sekarang rumah sakit tidak menyediakan rumah singgah. Sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu, tepatnya pada bulan Januari 2014 Rumah Singgah RSHS ditiadakan, karena kemungkinan karena kurang efektifnya pemeliharaan sehingga terlihat kumuh pada waktu itu, maka rumah singgah pun ditiadakan.

 

Permasalahan yang tidak bisa dianggap sepele ini ternyata diabaikan begitu saja oleh pemerintah daerah. Kepedulian mereka hanya sebatas pembahasan anggaran yang bisa membuat mereka bekerja alias mendapat keuntungan dan mark up sana sini.

 

Karena pengobatan di RSHS tidak cukup memakan waktu hanya sehari atau dua hari saja bahkan bisa berhari-hari dengan waktu yang sangat berdekatan, seperti pemeriksaan di Poli Rawat jalan melakukan test-test lab tidak cukup dalam satu hari, butuh 2-3 hari (kultur baktery misalnya butuh minimal 24 jam), apalagi kalau memakai fasilitas KIS/BPJS bayar mesti antri panjang. Demikian juga untuk mendapatkan ruang inap, misalnya untuk kemoterapy. Daftar di admission centre hari senin, baru dapat kamar di hari rabu. Dalam 3 jam sesudah administrasi kamar selesai, pasien harus masuk kamar. Itu artinya pasien harus ada dalam Kota Bandung. Sementara RSHS merupakan rumah sakit rujukan puncak, kebanyakan pasien berasal dari jauh dari se- Jabar bahkan se-Indonesia untuk jenis penyakit tertentu.

 

Adapun bagi yang mampu bisa mengontrak harian di kos-kosan sekitar RSHS dengan tarif Rp80-Rp100 ribu per hari atau rumah singgah berbayar Rp35 ribu-Rp50 ribu untuk mengganti uang kebersihan dan seterusnya pasien tidak dipungut biaya lagi. Bagi yang tidak mampu yah terpaksa menggelandang di sekitar Rumah Sakit seperti di halte-halte atau trotoar yang memang ada atapnya. Miris sekali melihatnya setelah mengetahui para pejabatnya bisa makan minum miliaran rupiah.

 

Padahal sebenarnya dari segi pencitraan dalam melayani masyarakat, seharusnya Pemkab Subang bisa melihat hal ini untuk membangun citra kompetisi yang baik dengan kabupaten tetangga. Karena para ‘Tetangga’ Subang sudah mempunyai Rumah Singgah yang bertempat di sekitar pemukiman yang berdekatan dengan RSHS. Apa masyarakat harus menunggu musim pilkada tiba dan menerima uluran bantuan dari para calon.

 

Sekedar mengingatkan untuk melawan lupa, bahwa Plt. Bupati Bersama-sama Ketua DPRD saat mengunjungi pasien gakin yang singgah di rumah singgah Forum Masyarakat Peduli pada pertengahan 2016 lalu sempat menjanjikan akan membangunan Rumah Singgah di Bandung pada tahun ini (2017). Pepen.S

Berita Lainnya