PANTURA-SUBANG, (PERAKNEW).- Sosialisasi Pilot Project Corporate Farming 1.000 Hektar Kebun Sukamandi, Sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) antara PT Sang Hyang Seri (SHS) (Persero) dengan PT Pertani (Persero) dan PT Pupuk Kujang (Persero), di Wisma PT SHS, Selasa (9/6/20).
Acara dihadiri Direktur Operasional (Dirop) PT SHS, Rahmat Hidayat didampingi beberapa orang pejabat PT SHS dan puluhan orang perwakilan Kelompok Tani Penggarap Sawah / Kebun Sukamandi Hak Guna Usaha (HGU) PT SHS.
Dalam acara sosialisasi tersebut, Dirop PT SHS memberikan kesempatan sesi tanya jawab kepada para petani yang hadir dan petani dipersilahkan menyampaikan rincian biaya tanam hingga musim panen, untuk bahan acuan konsep kerjasama BUMN dimaksud, yang akan disampaikannya kepada pihak perusahaan-perusahaan terkait, “Untuk pilot Project ini, saya butuh masukan dari bapak-bapak soal nominal pembiayaan tanam hingga panen, untuk saya sampaikan ke sana, agar tidak ada yang dirugikan nantinya, maka saya minta masukan yang sebenarnya,” ujarnya.
Dalam Pilot Project ini juga lanjut Rahmat, “Tidak akan ada petani penggarap yang diusik, mari kita kerja sama yang baik, karena dengan status jabatan kami yang baru ini, sudah berbagai cara dilakukan untuk perbaikan perusahaan dan kenapa saya konsen kepada produksi padi konsumsi, karena dua tiga Minggu sudah bisa jadi uang, agar bisa memenuhi kewajiban kami kepada bapak-bapak dan yang lainnya, beda dengan produksi pembenihan, enam sampai tujuh bulan baru bisa jadi uang. Bahkan, untuk musim tanam saja, kami sudah tidak menunggu lagi tim uji, karena terlalu lama, Sementara, Bulan Desember-Januari sudah tidak bisa tanam, maka Bulan Juni-Juli ini harus tanam,” paparnya.
Agar memudahkan komunikasi kerjasama ini tambah Dirop, “Bentuk kelompok tani, didalamnya cukup dua puluh lima sampai tiga puluh orang petani dan menetapkan ketuanya yang sudah sekarang ditunjuk oleh para petani,” jelasnya.
Menyikapi hal itu, para petani melalui perwakilannya, Santoso Hamzah dan H Suherman meminta, “Apapun dan pada perusahaan manapun PT SHS bersinergi dalam sistem produksinya, kami minta tidak ada yang dirugikan dan tidak menggeser atau mencabut garapan sawah HGU SHS yang sudah sejak lama kami garap ini. Adapun standar biaya tanam hingga panen, nilainya Rp15 juta per hektar,” terangnya.
Harapannya menambahkan, “Semoga dengan adanya sinergitas BUMN ini, sistem sewa bisa kembali natural seperti dulu, yaitu bentuk gabah, 14-15 Kwintal per hektar per musim,” tuturnya.
Sementara, atas masukan para petani tersebut, Dirop menjelaskan, “Tingkatkan dulu produktivitas, Insya Allah sistem kerja sama bentuk natural bisa dilakukan kembali,” pungkasnya. (Hendra)