oleh

PG Rajawali Unit Subang Diduga Tindas Petani

PURWADADI-SUBANG, (PERAKNEW).-
Petani Tebu PG Rajawali II Unit Subang meradang, Bambang (46), salah satu petani tebu asal Desa Sukamandi, mengeluhkan tidak profesional dan konsistennya pihak PG Unit Subang yang menjadi mitra para petani tebu, terkait kerjasama yang dilakukan oleh kedua belah pihak.

Dalam kesepakatan bersama, pihak PG membeli rendement. Namun kenyataan di lapangan, PG membeli tebu petani Rp49.000 per kwintal dalam bentuk brangkal untuk tebu segar, sementara tebu yang terbakar dibeli dengan harga yang lebih murah “Dan dalam menentukan harga, kami selaku mitra tidak pernah diajak musyawarah. Pabrik gula milik BUMN ini seperti belum siap dalam menjalin kemitraan dengan petani. Sistem yang diterapkan juga terkesan semauanya, sehingga mengakibatkan para petani merugi dan menanggung hutang hingga ratusan juta,” keluh Bambang, kepada Perak, Sabtu (12/10/2019).

Bambang menjelaskan, bagaimana tidak profesianalnya PG dalam menjalin kemitraan dengan para petani. Tebu yang semestinya sudah dipanen pada Bulan Juni, mundur jadi Bulan Agustus baru dipanen.
Ditambah lagi, kemarau panjang hampir 60 persen lebih tebu petani kemitraan terbakar. Manakala sudah terbakar, tebu tidak langsung ditebang, dengan alasan keterbatasan tenaga tebang. Ironisnya, setelah tebu ditebang, tidak langsung diangkut, karena keterbatasan alat cengkeram.
Kadang bisa ber minggu-minggu tebu yang sudah ditebang baru diangkut.

Pada saat cuaca panas seperti sekarang ini, tebu yang sudah terbakar dan terjemur otomatis akan berpengaruh pada bobot, “Lengkap sudah penderitaan petani tebu mitra PG Unit Subang. Akibat dari managemen yang tidak profesional dan hanya nyari untung sepihak tanpa memikirkan nasib petani,” ujarnya lirih. (Hamid)

Berita Lainnya