oleh

Petani BB Padi Sukamandi Menjerit Banyak Potongan Biaya

PANTURA-SUBANG, (PERAKNEW).- Berdasarkan hasil investigasi Perak dilapangan, bahwa pola Kerja Sama Operasional (KSO) petani penggarap sawah Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Sukamandi, Kabupaten Subang dalam perhitungan hasil panennya, diduga begitu banyak potongan biaya hasil penjualan padinya per hektar dan per musim.

Bagaimana tidak, tindakan BB Padi itu, mengakibatkan para petani penggarapnya menjerit, karena dinanti-nanti menuai padi hasil panen yang dirawatnya susah payah, mengeluarkan keringat banyak dan membutuhkan tenaga juga pikiran ekstra selama tiga sampai empat bulan. Namun, ketika panen tiba, potongan biaya sangat besar, yang berdampak pada minimnya penghasilan mereka (petani), hingga dianggap mencekik ekonominya.

Berikut ini, berbagai potongan biaya yang dilakukan oleh BB Padi tersebut, terhadap para petani penggarapnya, diantaranya potongan untuk Biaya zakat 2,5% dari nominal uang penjualan padi hasil panen, biaya sanitasi Rp250.000,-, Pengairan Jatiluhur Rp300.000,-, PBB Rp200.000,-, Konsumsi Rp600.000,-, Keamanan Rp100.000,-, setelah mengalami potongan-potongan biaya itu, hasil panen wajib dibagi dua antara petani penggarap dengan BB Padi 50%-50%.

Selain dibagi dua, masih ada potongan yang dilakukan BB Padi terhadap petani penggarapnya, ialah untuk biaya Jasa pinjaman uang petani sejumlah 12%, selanjutnya dipotong lagi untuk bayar Honor Pengairan sebesar Rp17.500,-, Administrasi Rp150.000,-, Dana Sosial Rp20.000,- dan terakhir Upah petugas senilai Rp50.000,- dan lain-lainnya biaya tidak terduga.

Seperti diungkapkan beberapa orang petani penggarap BB Padi Sukamandi kepada Perak, belum lama ini, “Sebenarnya, dalam hati kami menjerit atas pola kerja sama yang banyak potongan biaya per musim per hektar itu, tapi mau gimana lagi, kalau protes takut dicabut garapannya, sementara kemampuan kami hanya bertani. Daripada tidak ada penghasilan, ya dijalani saja pak walau tertindas,” ungkapnya mengeluh tak berdaya, bak hidup di zaman perang/penjajahan sebelum merdeka.

Lanjut mereka, “Kalau setiap penjualan padi uangnya diterima langsung oleh kami, kayanya bisa mengurangi potonga-potongan biaya itu, tapi ini tidak bisa, karena setiap transaksi jual beli padi, para bandar padi langsung bayar ke masing-masing petugas wilayah dari BB Padinya,” tuturnya.

Menyikapi permasalahan tersebut, sudah kesekian kalinya, ketika hendak dikonfirmasi, Kepala BB Padi Sukamandi, Ismail Wahab kerap tidak ada di kantornya.

Seperti telah diberitakan Perak, di edisi-edisi sebelumnya, BB Padi Sukamandi adalah lingkup Badan Litbang Kementerian Pertanian RI, melalui bidangnya dalam penelitian benih padi dan hasil panen penelitian benih padinya untuk memenuhi target benih padi nasional, melalui tahapan pengolahan yang maksimal. Jika ada yang dijual keluar, harus dengan surat tanda bukti tidak lulus uji mutu benih.

Demikian diungkapkan Ketua Koperasi Balitpa BB Padi Sukamandi, Bambang Nuryanto kepada Perak, di kantornya, Selasa (31/7/18). “Hasil panen padi hasil penelitian padi atau yang dikelola di area BB Padi Sukamandi tidak boleh dijual keluar, kecuali terbuti tidak lulus uji mutu benih, dibuktikan dengan surat tanda bukti tidak lulus. Perlu diketahui, target produksi benih nasional untuk BB Padi pada tahun ini 3000 ton,” ungkap Bambang berdalih.

Namun pada kenyataannya, sudah terjadi selama bertahun-tahun, padi hasil paska penelitiannya malah diperjual belikan ke luar, ke para bandar padi di wilayah setempat oleh pihak BB Padi itu sendiri, kerap ditemui para petani penggarap menjual hasil panen padi tersebut, tidak memiliki surat tanda bukti tidak lulus uji mutu benih.

Selain itu, ketika disinggung soal bisnis pengelolaan puluhan ekor ternak sapi, bahkan sudah ratusan ekor yang berhasil dijual dan penggilingan padi di BB Padi, Bambang mengelak, “Ternak sapi dan penggilingan padi saya tidak tahu, bukan dikelola oleh koperasi,” elaknya.

Masih menurut Bambang, masih berkaitan dengan bisnis BB Padi, atas asset mess dan gedung serba guna yang disewakan dengan bandrol cukup lumayan, seperti mess per orang/hari mencapai Rp150 Ribu, untuk gedung serba guna mencapai jutaan rupiah per sekali pakai satu sampai dua hari. “Sekarang sudah tidak, untuk pembelian solar/bensin subsidi juga sudah tidak,” ujarnya sambil ngeloyor pergi, seperti takut banyak pertanyaan dari Perak.

Kepala Kebun BB Padi, Asep kepada Perak, “Jabatan kepala balai masih kosong, belum ada gantinya, adapun Plt merangkap di Balitbang Bogor,” ujarnya.

Asep mengungkapkan, “Setiap panen, padi di BB Padi ada pengangkutan ke penggilingan padi milik saya, di Pusakanagara, tapi itu hanya numpang pengopenan saja, karena mesin pengopenan BB Padi ini selalu tidak menampung kapasitasnya setiap panen, sehingga di open di pabrik saya dan selanjutnya dibawa kembali ke BB Padi,” dalih Asep di ruang kerjanya. (Hendra)

 

Berita Lainnya