Mangkir dari panggilan PT Tirta Investama, Dishub Akan Kurangi Tonase
SUBANG, (PERAKNEW).- Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Subang memanggil produsen air mineral Aqua PT Tirta Investama dan perusahaan ekspedisinya, Senin (24/7/2017), untuk diklafirikasi ihwal insiden kecelakaan yang menewaskan dua orang dan temuan hasil sidak soal kelalaian armada pengangkut.
Namun, dalam pertemuan yang berlangsung di Kantor Dishub Subang, pihak perusahaan Aqua mangkir tanpa alasan dan hanya dihadiri perwakilan perusahaan ekspedisi.
“Pihak Aqua enggak hadir. Adapun dari pihak ekspedisi, dari lima perusahaan mitra Aqua, diwakili satu perusahaan ekspedisi yang hadir memenuhi panggilan kami,” ujar Kepala Dishub Subang, Rona Mairansyah, didampingi Kabid Angkutan, H Uteng Hermawan.
Rona mengaku, sudah berkoordinasi dengan bupati, untuk menentukan langkah menyikapi perusahaan Aqua. Di antaranya, pihaknya akan memaksa Aqua untuk mengurangi tonase muatan agar sesuai ketentuan maksimal 5 ton; meminta mutasi kendaraan agar bisa dilakukan uji KIR di Subang; mengatur manajemen waktu distribusi; serta mendesak penggantian jenis armada dari tronton menjadi truk kecil.
“Yang terpenting saat ini, perusahaan harus segera mengurangi tonase maksimal 5 ton sesuai ketentuan. Karena faktanya, rata-rata tonase mereka bisa sampai 14 ton/truk. Tonase seberat ini, dihitung berdasarkan jumlah galon yang diangkut sebanyak 720 buah/truk, dimana per galon memiliki berat 19 kg. Kondisi ini sangat membahayakan keselamatan pengguna jalan,” paparnya.
Dia menegaskan, akan kembali memanggil pihak Aqua pada pertemuan dengan Forkopimda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah) nanti.
“Perusahaan Aqua harus bertanggungjawab. Pada pertemuan Forkopimda nanti, kami akan panggil lagi, karena tadi mereka mangkir. Disitu, kami akan bahas hasil temuan sidak dan solusi yang akan diambil, untuk menekan resiko kecelakaan pengguna jalan,”tutur Rona.
Perwakilan perusahaan ekspedisi Aqua dari PT TSF, Jon Abi, menyebut, siap mematuhi ketentuan pengangkutan barang yang ditetapkan pemerintah. Kendati begitu, pihaknya mengajukan keberatan untuk mengganti langsung armadanya ke truk-truk kecil, karena memerlukan proses cukup lama.
“Memang truk-truknya milik sendiri. Tapi kalau serta merta menggantinya dengan armada kecil, kami merasa berat, perlu proses 4-5 bulan, enggak bisa langsung,” imbuhnya. Karena itu, ungkap Jon, pihaknya mengusulkan tiga tahapan solusi, untuk menekan resiko seringnya kecelakaan armada pengangkut Aqua.
“Untuk solusi short term (jangka pendek), kami usulkan dipasang banyak spanduk himbauan agar sopir gunakan gigi satu. Kami pun akan tekankan hal ini ke seluruh sopir. Untuk middle term (solusi jangka menengah), kami berencana membuat cek poin untuk mengecek kondisi armada di lokasi tertentu dan melakukan peremajaan armada. Adapun untuk long term (solusi jangka panjang), kami siap melakukan penggantian armada menjadi truk-truk kecil,” pungkasnya.
(Adih)