oleh

LIPSUS TEPG Perjuangan Taswa Akhirnya Membuahkan Hasil, Minggu Ini Ia Dioperasi

LIPSUS TEPG Perjuangan Taswa Akhirnya Membuahkan Hasil
SUBANG, (PERAK NEW).- Setelah beberapakali melakukan antrian di Admission Centre RSHS Bandung untuk medapatkan ruang rawat inap, terhitung yang ke 9 kalinya Taswa (39) akhirnya baru mendapatkan penempatan ruang rawat. Perjuangan Tim Evakuasi Pasien Gakin (TEPG) FMP dengan melakukan investigasi dan konfirmasi ke pihak Humas Rumah Sakit Hasan Sadikin untuk mencari kebenaran terkait kelambatan penanganan pasien akhirnya membuahkan hasil.

Akan tetapi, ternyata memiliki kartu identitas dan surat tugas dari kelembagaan tak menjadi suatu jaminan untuk memudahkan akses pengurusan dan pendampingan pasien ke Rumah Sakit  Hasan Sadikin, padahal kepedulian Tim terhadap masyarakat yang kurang mampu berproses dari rumah singgah milik Lembaga sampai evakuasi, pengobatan hingga pengantaran pasien dan keluarga pasien pulang pergi menggunakan ambulan secara gratis alias tidak dipungut biaya sepeser pun.

Perlu di ketahui pelayanan Tim Evakuasi Pasien FMP sudah berjalan sejak 2005. TEPG FMP sangat dekat dan menjalin kerjasama dengan pihak Rumah Sakit Hasan Sadikin terutama pada waktu Direktur Utama dijabat oleh dr. Rizal sangat mempedulikan pasien-pasien dari tim, karena Dirut pada waktu itu tahu detail pergerakan TEPG FMP.

Setelah pergantian pimpinan, banyak perubahan di RSHS, kelengkapan fasilitas terus ditingkatkan. Dengan demikian  seharusnya pelayanan terhadap pasien lebih baik dan prima, bukan malah menurun dan bahkan lebih buruk. Apalagi RSHS kini telah medapatkan predikat Zona Integritas (ZI). Predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah dan jajarannya ini mempunyai komitmen untuk mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi (WBK)/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik. faktanya, predikat ini belum terealisasi di lapangan, bahkan sangat jauh sekali dari semestinya.

Sebagai informasi, Pemerintahan dalam pembangunan zona integritas menuju WBK/WBBM Terdapat dua komponen yang harus dibangun oleh instansi pemerintah, adapun terdapat enam komponen pengungkit yang harus dibangun, yaitu:
a.    Manajemen Perubahan
b.    Penataan Tatalaksana
c.    Penataan Sistem Manajemen SDM
d.    Penguatan Akuntabilitas Kinerja
e.    Penguatan Pengawasan
f.    Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Sementara Komponen Hasil merupakan sasaran hasil pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM, yang terdiri dari:
a.    Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih dan Bebas KKN
b.    Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik kepada Masyarakat.

Predikat seperti WBK dan  WBBM ini seharusnya sudah jelas tanpa harus ada pihak dari masyarakat melakukan pengaduan lagi, tetapi yang terjadi dilapangan berdasarkan hasil investigasi kami masih menemukan pelayanan yang tidak menyenangkan alias kata-kata yang ketus dari para pelayan terutama pada bagian-bagian loket baik di loket pendaftaran maupun di loket admission centre.

Seperti contoh, tindakan yang sungguh jauh dari nilai-nilai profesionalitas kali ini terjadi lagi di bagian Admission Centre tepatnya di loket 4 pada tanggal 10/4 lalu, petugas Adminission Centre yang bernama Gingin ini melarang Tim EPG-FMP melakukan pendampingan terhadap pasien dengan alasan tidak membawa surat tugas dan  Gingin mengatakan kartu anggota saja tidak cukup. Secara ketus, justru Gingin secara tidak langsung sudah mengaburkan Wilayah yang katanya berpredikat Bebas Birokrasi.

“Mana surat tugas nya? ini bukan surat tugas seharusnya… bapak membawa surat keterangan yang di tandatangan oleh aparat desa setempat dan di acc oleh bagian humas RSHS.”tandasnya mengada-ada

Tim merasa pendampingan pasien tidaklah ilegal, tim ini sudah lama dan berbadan hukum, tapi meski sudah dijelaskan seperti itu Gingin tetap ngeyel, mempersilahkan tim pergi, lalu bagaimana dengan pasien yang sudah didampingi sejak awal? sudah sering dan banyak bukti-bukti dan saksi-saksi, tanpa didampingi, para pasien terlihat kebingungan dari mulai mecari tempat maupun cara-cara dan persyaratan yang harus dipersiapkan, baahkan yang paling krusial dari itu adalah transportasi dan rumah singgah karena sebagian besar pasien berasal dari desa-desa yang terpencil jauh dari keramaian.

Apakah pihak admission centre menginginkan pasien itu didampingi oleh para Calo? Sehingga bisa berbagi keuntungan dari pasien? Pepen

Berita Lainnya