oleh

Ka Kebun BB Padi Sukamandi Kerap Bawa Hasil Panen ke Pabrik Miliknya

PANTURA-SUBANG, (PERAKNEW).- Berkaitan dengan kerapnya dugaan penjualan padi hasil panen BB Padi Sukamandi ke luar da nada juga yang diangkut puluhan bahkan sampai ratusan ton setiap panen ke tempat penggilingan padi milik salah seorang pejabat BB Padi, yang beralamat di Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang. Hal itu diakui oleh Kepala Kebun BB Padi, Asep, Senin (16/7/18) kepada Perak.

Sebelumnya, ketika hendak dikonfirmasi Kepala BB Padi Sukamandi, Dr. Ir. Moh. Ismail Wahab sudah tidak menjabat dan posisi jabatannya kini masih kosong.

Seperti dikatakan Asep, “Jabatan Kepala Balai masih kosong, belum ada gantinya, adapun Plt merangkap di Balitbang Bogor,” ujarnya.

Menyikapi permasalahan yang ada di BB Padi Sukamandi, Asep mengungkapkan, “Setiap panen memang benar ada pengangkutan padi ke penggilingan padi milik saya, di Pusakanagara, tapi itu hanya numpang pengopenan saja, karena mesin pengopenan BB Padi ini selalu tidak menampung kapasitasnya setiap panen, sehingga di open di pabrik saya dan selanjutnya dibawa kembali ke BB Padi,” dalih Asep di ruang kerjanya.

Selain masalah tersebut kata Asep, “Mengenai penebangan pohon itu kepentingan pembangunan bangunan di BB Padi dan soal upah minim sebesar Rp40 Ribu untuk pegawai kebun/babat rumput, sekarang sudah naik Rp50 Ribu per hari, untuk buruh disawah Rp60-70 Ribu per hari. Mengenai pembelian solar subsidi untuk bahan bakar komben, itu urusan pemilik komben, karena setiap panen kami sewa, komben milik BB Padi rusak dan bahan bakar untuk mesin open padi, tidak harus ijin, karena menggunakan Pertalit dan belinya juga tidak banyak, paling beberapa jeligen saja,” katanya.

Dia menambahkan, “Terkait pemusnahan belasan bangunan itu bidangnya pak Aman. Sewa gedung dan system bagi hasil garapan sawah seluas 200 Hektar itu dikelola Koperasi BB Padi, saya hanya mengelola untuk penelitian saja seluas 100 Hektar, kadang juga bisa berubah luasnya untuk penelitian setiap musimnya,” paparnya sambil mengatakan, “Sudahlah jangan bikin berita kaya gini, mending beritakan BB Padi yang bagus-bagusnya saja,” pintanya merayu.

Truk Angkut Padi ke Pabrik milik Kepala Kebun BB Padi

Namun, menurut pegawai kebun, “Asep bohong, gajih kami masih Rp40 Ribu sampai sekarang juga,” singkatnya.

Seperti telah diberitakan Perak di edisi 189. Dari hasil investigasi, berawal dari penemuan pembongkaran rumah dan bangunan fasilitas lainnya di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Sukamandi, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang. Nyatanya, muncul dugaan segudang masalah di balai yang dikelola Kementerian Pertanian RI tersebut.

Pasalnya, 11 Barang/Bangunan Milik Negara (BMN) di balai penelitian benih padi itu tengah mengalami pembongkaran atau pemusnahan, material hasil pembongkarannya yang masih utuh dan yang rusakpun dijual kepada pemborong, bernama Iwan, yang mengaku Warga Bandung.

Pegawai BB Padi, Aman mangatakan, “Ada sebelas rumah yang akan dibongkar, ada tiga rumah masih utuh juga akan dibongkar, pemborongnya pak Iwan, lelangnya langsung di KPKNL, BB Padi tidak tahu,” kata dia di rumahnya, Selasa (26/6/18).

Masih diwaktu yang sama, Ketua Karang Taruna Desa Sukamandijaya, Bambang Supriyanto membongkar segudang masalah di BB Padi, “Pohon-pohon berukuran cukup besar diduga ditebang secara illegal dan dijual. Di BB Padi ini juga banyak dugaan penyimpangan, penelitian tanaman padi, tapi di dalamnya ada usaha penggilingan padi. Tidak hanya itu, benih padi hasil panen di arealnyapun banyak dijual ke Bandar di luar BB Padi,” ungkapnya.

“Ada juga ternak sapi, koperasi toko sembako dan logistic lainnya, jasa penyewaan gedung serba guna di BB Padi yang diduga tak jelas hasil keuntungan bisnisnya masuk kemana?,” bongkarnya.

“Kamipun punya data pengaduan-pengaduan para pegawai kasar, mengeluh pembayaran gajinya tak sesuai ketentuannya. Diduga kebutuhan BBM untuk mesin-mesin yang ada di BB Padi juga menggunakan BBM subsidi pemerintah, membeli di SPBU,” pungkasnya.

Perlu diketahui pula, BB Padi yang dulunya bersahabat dengan lingkungan dan bebas dilalui masyarakat lingkungan. Kini terkesan banyak jalannya yang ditutup dengan portal besi, enggan terinjak masyarakat, bak negara mengembargo diri dari negara lain. Hendra

 

Berita Lainnya