JAKARTA, (PERAKNEW).- Ketua DPR- RI Bambang Soesatyo yang akrab disapa Bamsoet berharap TNI dan Polri bisa segera memburu Gerombolan pemberontak (Kelompok Kriminal Bersenjata- KKB) pelaku pembunuhan 20 pekerja PT Istaka Karya proyek pembangunan jembatan di distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. DPR pun siap mendukung pembiayaan yang diperlukan oleh TNI Polri untuk mencari
Bamsoet dengan tegas menyatakan kali ini tidak boleh main-main dan tidak boleh hal sepele mengerahkan seluruh kekuatan yang ada berapapun biayanya DPR akan mendukung gabungan pasukan TNI-Polri untuk memburu pelaku pelaku gerombolan bersenjata yang diduga OPM, katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (6/12).
Bamsoet ini meminta TNI dan Polri tidak lembek dalam mengatasi kasus pembunuhan di Papua. Sebab, ungkap dia, kejadian tersebut bukanlah yang pertama kali.
Terkait perbedaan pandangan soal pelaku penembakan, Bamsoet merasa hal itu tidak perlu diperdebatkan. Bagi dia, yang terpenting TNI dan Polri bisa segera menangkap pelaku dan membawanya ke ranah hukum.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyebut korban pembunuhan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, sebanyak 20 orang. Rinciannya 19 orang pekerja pembangunan jembatan, 1 lainnya anggota TNI.
“Informasi sementara adalah 20 orang. 19 Pekerja dan 1 anggota TNI yang gugur,” jelas Tito saat memberikan keterangan pers di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (5/12).
Sementara Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih Kolonel Infantri Muhammad Aidi mengatakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang membunuh 31 pekerja PT Istaka Karya di Kabupaten Nduga, Papua memiliki senjata ilegal dengan standar militer dan bahkan standar organisasi The North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Aidi juga menyebut KKB pimpinan Egianus Kogoya itu punya perlengkapan senjata standar militer karena merampas milik anggota TNI-Polri dan pasokan dari luar negeri secara ilegal.
Meski begitu, Aidi mengaku belum memiliki informasi rinci seputar kekuatan senjata yang dimiliki kelompok Egianus saat ini. Ia hanya mengatakan bahwa kelompok itu memiliki berbagai jenis senjata yang didapatkan dari hasil rampasan milik TNI-Polri maupun yang berasal dari luar negeri.
Lebih lanjut, Aidi mengaku belum bisa memastikan negara mana yang menyuplai senjata ke tangan kelompok Egianus. Ia hanya menyatakan senjata-senjata yang dimiliki kelompok tersebut kebanyakan buatan pabrikan senjata dari negara Perancis, Rusia, dan Amerika Serikat, termasuk buatan Pindad..
Selain itu, Aidi mengatakan basis pergerakan kelompok Egianus berada di empat distrik di Kabupaten Nduga yang masih teriosolir. Distrik itu diantaranya Distrik Yigi, Distrik Mugi, Distrik Mapenduma, dan Distrik Koroptak.
Kelompok Egianus sendiri dikenal kerap melakukan serangkaian serangan penembakan terhadap masyarakat sipil dan TNI-Polri di wilayah Papua. (Red/ Net)